
Cara Asosiasi Franchise bisa sukses jalankan business matching bukan sekadar peluang, tapi kebutuhan mendesak. Di tengah gempuran globalisasi dan percepatan ekonomi digital, kolaborasi konkret seperti business matching jadi alat vital untuk membuka pasar ekspor waralaba nasional. Apalagi, Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso, sudah menyampaikan seruan tegas: Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) harus mulai jajaki program business matching mulai Mei 2025. Ini bukan sekadar saran—ini adalah panggilan strategis untuk bertindak.
Baca Juga: Maksimalkan Keuntungan Bisnis dengan Franchise Susu Mbok Darmi yang Sedang Naik Daun
Business matching bukan istilah asing di dunia perdagangan internasional. Namun, faktanya, belum satu pun pelaku waralaba Indonesia yang terlibat dalam program business matching yang diinisiasi Kementerian Perdagangan. Padahal, potensi sektor waralaba Indonesia sangat besar. Dengan lebih dari 48 ribu gerai dan omzet Rp143,25 triliun pada 2024, mengapa waralaba nasional belum juga jadi pemain utama di arena global? Jawabannya terletak pada sinergi, keberanian, dan strategi yang terarah.
Pertanyaannya sekarang: siapa yang bertanggung jawab memastikan langkah waralaba nasional bisa tembus pasar luar negeri? Jawabannya jelas: Asosiasi Franchise Indonesia. Maka, cara Asosiasi Franchise bisa sukses jalankan business matching harus jadi agenda utama, bukan tambahan kegiatan.
Pertama, mari kita lihat siapa yang terlibat. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan jajaran perwakilan dagangnya di 33 negara (termasuk Atase Perdagangan dan ITPC) siap memfasilitasi sesi pitching, matchmaking, hingga transaksi riil antara pelaku usaha dan calon buyer global. Namun semua ini akan sia-sia jika tidak dimanfaatkan oleh pelaku usaha jasa seperti franchise.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh Asosiasi Franchise Indonesia? Langkah paling krusial adalah membina dan mempersiapkan anggotanya, terutama pelaku waralaba kecil dan menengah, agar siap mengikuti proses business matching. Mereka perlu memiliki materi presentasi yang solid, produk atau jasa yang sudah terstandarisasi, dan tentu kesiapan mental untuk bersaing secara global.
Kapan waktu paling tepat? Sekarang. Lebih tepatnya mulai Mei 2025, seperti disampaikan langsung oleh Mendag dalam pembukaan IFRA x ICE 2025 di BSD. Jangan tunda sampai kompetitor mendahului. Dalam bisnis, yang pertama bergerak sering kali yang pertama menang.
Baca Juga: Biaya dan Prosedur Buka Franchise J&T Express
Di mana pelaksanaannya? Dimulai dari platform resmi milik Kemendag dan melalui koneksi perwadag di luar negeri. Artinya, tidak ada alasan soal tempat, karena semua sudah tersedia. Tugas pelaku franchise hanya tinggal datang dan memanfaatkan.
Namun mengapa ini sangat penting? Karena saat ini, rasio kewirausahaan Indonesia baru 3,4%. Bandingkan dengan Malaysia yang sudah lebih dari 4%, Singapura mencapai 8,7%, bahkan AS menyentuh 12%. Kita butuh percepatan, bukan stagnasi. Dan franchise adalah jalan pintas tercepat karena menawarkan sistem yang sudah terbukti dan dapat diulang (replicable) secara massal. Maka, bila ingin tumbuh cepat, ikut serta dalam business matching adalah jalur yang wajib diambil.
Bagaimana caranya? Cara Asosiasi Franchise bisa sukses jalankan business matching adalah dengan strategi tiga arah: edukasi, fasilitasi, dan eksekusi.
Pertama, edukasi. Pelaku waralaba lokal sering kali belum paham bagaimana menghadapi buyer internasional. Perlu pelatihan intensif, simulasi pitching, dan studi kasus sukses. Edukasi ini bisa dimulai dari workshop, webinar, hingga mentoring langsung dari pelaku usaha yang sudah ekspor seperti Kebab Turki Babarafi dan Taman Sari Royal Heritage Spa.
Kedua, fasilitasi. Di sinilah peran AFI jadi sentral. Mereka harus menjadi jembatan, bukan pengamat. Mereka harus aktif mendata brand yang siap ekspor, bantu proses sertifikasi, bantu akses permodalan, dan menjembatani komunikasi dengan pihak Kemendag. Fasilitasi ini juga termasuk dukungan logistik, legalitas, dan perlindungan kekayaan intelektual.
Baca Juga: Franchise Hey Nick’s Es Krim Beralkohol, Peluang Usaha Unik yang Bikin Heboh
Ketiga, eksekusi. Ini bagian yang paling menantang. Karena tidak semua pelaku siap melangkah keluar negeri. Namun, dengan sistem yang benar, keberanian untuk tampil, dan dukungan pemerintah, eksekusi bisa dijalankan dengan efektif. Ingat, tanpa eksekusi, semua rencana hanyalah wacana.
Mari kita telaah peluangnya. Menurut Ketua Umum AFI, Anang Sukandar, ada lebih dari sepuluh jenis masakan khas Indonesia yang bisa dikembangkan menjadi franchise global. Contohnya Kopi Titik Koma yang kini gencar memperluas jaringan kemitraan. Maka, bisnis kuliner tetap jadi tulang punggung sektor waralaba Indonesia untuk ekspor.
Namun, jangan salah. Peluang bukan hanya di makanan dan minuman. Layanan spa, pendidikan, hingga jasa kebugaran juga sangat potensial. Semua bisa dikemas menjadi konsep waralaba modern yang siap dipasarkan di luar negeri.
Sayangnya, tantangan terbesar bukan pada produk, tapi mental. Banyak pengusaha lokal merasa belum cukup besar untuk bermain di pasar internasional. Padahal, lewat business matching, justru peluang untuk bertumbuh lebih besar. Jangan tunggu sempurna untuk memulai. Mulailah untuk menjadi sempurna. AFI harus menanamkan mentalitas ini pada seluruh anggotanya.
Sebagai tambahan, cara asosiasi franchise bisa sukses jalankan business matching juga memerlukan sinergi dengan sektor keuangan. Lembaga pembiayaan seperti bank dan modal ventura harus dilibatkan sejak awal. Karena sering kali, pelaku waralaba butuh modal kerja untuk menyesuaikan standar internasional.
Baca Juga: Franchise Lawson: Peluang Bisnis Minimarket Khas Jepang dengan Potensi Profit Menarik
Pemerintah juga harus aktif membuka akses terhadap pembiayaan ekspor dan skema proteksi risiko. Dengan begitu, iklim ekspor waralaba akan lebih kondusif. Karena jika infrastruktur pendukung sudah siap, tidak ada alasan lagi untuk tidak bertindak.
Selain itu, Anda sebagai pelaku usaha juga harus aktif. Jangan hanya menunggu dikunjungi buyer. Anda perlu proaktif ikut sesi pitching, kenali pasar tujuan, dan bangun koneksi yang kuat. Manfaatkan media sosial, platform B2B, dan tentu saja asosiasi seperti AFI.
Lalu, bagaimana peran IFRA x ICE 2025 dalam mendukung program ini? Pameran tahunan ini bisa menjadi ajang gladi resik sebelum benar-benar ekspor. Anda bisa uji produk, validasi konsep, dan cari mitra strategis. Maka jangan lewatkan kesempatan ini. Pastikan Anda hadir dan berkontribusi.
Namun tetap ingat, keberhasilan business matching bukan sekadar hadir, tapi memikat. Anda harus tampil sebagai brand yang punya cerita, kualitas, dan diferensiasi. Jangan hanya menjual produk, tapi jual pengalaman, budaya, dan nilai tambah.
Terakhir, kembali pada inti: cara Asosiasi Franchise bisa sukses jalankan business matching adalah dengan keseriusan, strategi, dan eksekusi yang tepat. Jangan tunda sampai terlambat. Saat kompetitor sudah ekspor, Anda hanya jadi penonton.
Baca Juga: Ingin Cuan Maksimal di Bisnis Kuliner? Franchise Bakso Solo Samrat Bisa Jadi Jawabannya!
Mendag sudah membuka pintu, pemerintah sudah mendukung, pasar luar negeri sudah menunggu. Sekarang giliran Anda bergerak. Waralaba Indonesia punya peluang besar untuk jadi ikon global, tapi hanya jika Anda mulai sekarang.