Menteri Maman Ingatkan Franchisor Taat Aturan Demi Lindungi UMKM

Redaksi News

Menteri Maman Ingatkan Franchisor Taat Aturan Demi Lindungi UMKM
Menteri Maman Ingatkan Franchisor Taat Aturan Demi Lindungi UMKM

Menteri Maman Ingatkan Franchisor Taat Aturan Demi Lindungi UMKM—pesan ini disampaikan dengan tegas oleh Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Maman Abdurrahman, dalam acara The Premier Business Expo – Franchise & License Expo Indonesia (FLEI) Edisi ke-24 di Jakarta. Tidak bisa ditunda lagi. Anda yang terlibat dalam bisnis waralaba harus memahami urgensi dari pernyataan ini. Peluang besar memang tersedia, tapi aturan tak boleh dilupakan.

Baca Juga: Franchise Bebek Kaleyo: Bisnis Kuliner yang Wajib Dipertimbangkan!

Bicara soal waralaba di Indonesia, Anda pasti melihat bagaimana model bisnis ini tumbuh subur. Dari kedai kopi pinggir jalan sampai restoran cepat saji di pusat perbelanjaan, semuanya seakan berlomba menjadi bagian dari jaringan franchise. Tapi apakah semuanya mengikuti aturan main? Inilah yang jadi perhatian serius Menteri Maman. Ia tidak hanya memberi peringatan biasa. Ia menegaskan, franchisor wajib patuh pada regulasi jika ingin melindungi dan memberdayakan UMKM secara menyeluruh.

Jangan sampai karena kelalaian franchisor, para pelaku UMKM yang semestinya mendapatkan dukungan justru menjadi korban. Anda perlu tahu, peraturan bukan dibuat untuk membatasi, melainkan untuk melindungi semua pihak—terutama UMKM sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2024 tentang Waralaba, sudah menetapkan koridor hukum yang jelas. Anda harus ikuti itu. Tidak ada alasan untuk menunda.

Lalu, siapa yang dimaksud franchisor? Mereka adalah pihak yang memberikan lisensi atau hak usaha kepada pihak lain (franchisee) untuk menjalankan bisnis dengan nama dagang, sistem operasional, dan dukungan dari pemberi lisensi. Keren? Memang. Tapi ini juga tanggung jawab besar. Menteri Maman menegaskan bahwa para franchisor harus mematuhi aturan waralaba agar tidak terjadi eksploitasi dalam pola kemitraan yang seharusnya saling menguntungkan.

Anda perlu lihat dari sisi UMKM. Seringkali mereka tergoda oleh janji manis peluang usaha, namun tidak diberi pemahaman yang utuh mengenai risiko, hak, dan kewajiban. Di sinilah peran krusial franchisor: menjadi pembina, bukan hanya penjual sistem. Maman Abdurrahman berkali-kali menyampaikan bahwa franchise seharusnya menjadi jembatan untuk mempercepat pertumbuhan pelaku usaha mikro, bukan sebaliknya.

Kenapa ini penting sekarang? Karena data menunjukkan bahwa kontribusi waralaba terhadap ekonomi nasional semakin besar. Pada 2023, omzet sektor ini mencapai Rp200 triliun, dengan lebih dari 60 ribu gerai tersebar di seluruh penjuru negeri. Bahkan lebih dari 30 juta tenaga kerja terserap di sektor ini. Bayangkan betapa besar potensi dampaknya jika franchisor tidak menjalankan kewajiban secara etis dan legal.

Baca Juga: Franchise Fithub: Raih Cuan dari Gaya Hidup Sehat

Indonesia saat ini memiliki rasio kewirausahaan 3,1 persen. Ini angka yang jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia (4%), Thailand (4%), Singapura (8,7%), dan Amerika Serikat (12%). Anda mungkin bertanya-tanya, apa hubungannya dengan waralaba? Hubungannya erat. Model franchise bisa mempercepat penetrasi usaha dan membuka peluang lebih banyak pelaku baru. Tapi hanya jika dilakukan dengan cara yang benar.

Menteri Maman mendorong agar pelaku waralaba tidak sekadar menumbuhkan jaringan, tapi juga mentransfer keterampilan. Pelatihan produksi, strategi pemasaran, akses modal, hingga transformasi digital harus jadi bagian dari paket kemitraan. Jika tidak, UMKM hanya jadi ‘penonton’ dalam sistem yang mereka tidak pahami. Anda tentu tak ingin melihat UMKM hanya jadi boneka dalam permainan kapital semata.

Apa yang bisa Anda lakukan sebagai franchisor? Pertama, pelajari Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2024. Jangan anggap remeh dokumen hukum ini. Ini adalah fondasi agar Anda bisa menjalankan usaha waralaba yang adil dan legal. Kedua, pastikan franchisee Anda mendapat pelatihan menyeluruh, bukan hanya modul operasional, tapi juga wawasan bisnis. Ketiga, buka akses modal dan teknologi. Jangan pelit berbagi.

Menteri Maman tidak sendirian dalam mengawal isu ini. Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) serta stakeholder lain juga punya peran penting. Pemerintah mendukung penuh kolaborasi lintas sektor agar sistem franchise di Indonesia berkembang sehat. Tapi Anda, para franchisor, adalah ujung tombak. Tanpa komitmen Anda, regulasi tinggal jadi dokumen kosong.

Masih ada franchisor nakal di luar sana. Mereka menjual lisensi dengan iming-iming sukses instan, tapi tak memberikan dukungan nyata. Menteri Maman sangat menyesalkan praktik semacam ini. Karena itulah, beliau berkali-kali mengingatkan: Menteri Maman Ingatkan Franchisor Taat Aturan Demi Lindungi UMKM—bukan slogan, tapi seruan tegas. Jangan abaikan suara ini.

Baca Juga: Franchise Lawson: Peluang Bisnis Minimarket Khas Jepang dengan Potensi Profit Menarik

Anda harus bertanya pada diri sendiri: Apakah sistem franchise saya sudah ramah terhadap UMKM? Apakah saya hanya menjual brand, atau juga menumbuhkan wirausaha baru? Ini bukan hanya soal bisnis, ini soal masa depan ekonomi nasional. UMKM adalah penggerak ekonomi rakyat. Jika mereka gagal karena sistem yang tidak adil, maka seluruh ekosistem ikut terdampak.

Banyak UMKM yang kesulitan masuk pasar karena tidak tahu harus mulai dari mana. Di sinilah waralaba bisa jadi solusi. Tapi solusi itu hanya mungkin jika franchisor punya etika dan patuh aturan. Jangan pernah jadikan sistem franchise sebagai alat monopoli atau sekadar mesin cuan. Anda bisa menciptakan dampak sosial yang besar, jika Anda mau serius.

Sekarang saatnya Anda bertindak. Evaluasi kembali struktur kemitraan Anda. Buka ruang dialog dengan franchisee. Jangan menunggu teguran pemerintah baru mau berubah. Anda punya pilihan: menjadi pionir waralaba yang adil atau menjadi bagian dari masalah. Menteri Maman tidak main-main dalam urusan ini. Setiap pelanggaran akan ditindak tegas.

Anda mungkin berpikir, “Apakah regulasi ini menyulitkan saya?” Jawabannya: Tidak. Justru memudahkan Anda membangun brand yang dipercaya. Kepercayaan adalah aset terbesar dalam bisnis waralaba. Jika Anda konsisten patuh aturan, Anda akan menuai loyalitas, reputasi, dan pertumbuhan berkelanjutan. Itu lebih berharga daripada keuntungan sesaat.

Perlu Anda pahami, UMKM saat ini bukan entitas kecil yang bisa diremehkan. Mereka adalah bagian dari solusi ekonomi nasional. Dalam situasi global yang tidak menentu, kekuatan domestik menjadi andalan. Waralaba yang sehat bisa menciptakan resilien ekonomi, menyerap tenaga kerja, dan memperkuat mata rantai pasokan lokal. Tapi itu hanya mungkin jika semua pihak mematuhi hukum dan bekerja sama.

Baca Juga: Franchise Planet Ban: Peluang Bisnis Otomotif yang Terbukti Menguntungkan

Anda sekarang tahu bahwa Menteri Maman Ingatkan Franchisor Taat Aturan Demi Lindungi UMKM bukan hanya headline. Ini adalah panggilan nyata. Panggilan bagi Anda untuk berperan aktif menciptakan ekosistem usaha yang sehat dan inklusif. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Jadilah bagian dari perubahan. Jadilah franchisor yang bukan hanya sukses, tapi juga bermartabat.

Karena pada akhirnya, siapa yang paling diuntungkan jika UMKM tumbuh kuat? Kita semua. Ekonomi kita, masyarakat kita, bangsa kita. Anda bisa memulainya dari sekarang. Evaluasi model bisnis Anda, perbaiki sistem kemitraan Anda, dan pastikan Anda tidak menyimpang dari aturan.

Sekali lagi, Menteri Maman Ingatkan Franchisor Taat Aturan Demi Lindungi UMKM. Dengarkan baik-baik. Ini bukan himbauan kosong. Ini adalah instruksi langsung untuk menjaga masa depan ekonomi kita. Jangan menunggu waktu berlalu dan masalah datang baru Anda bergerak. Tunjukkan kepedulian Anda hari ini. UMKM menunggu langkah nyata Anda.

Tinggalkan komentar